Ganjar mengatakan klaster tarawih di Perum RSS Sidokerto tersebut merupakan pembelajaran bagi lainnya. Meskipun sudah memakai masker tetapi kalau jarak jemaah tidak ada maka masih bisa tertular.
Klaster tarawih di Pati itu menjadi pelajaran sekaligus peringatan keras buat semuanya. Masyarakat tidak boleh abai mengenai protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
“Ternyata ada salah satu (pasien) itu kepala sekolah SMK yang ada di sini. Dia pernah positif, sudah negatif dan sudah divaksin, tetapi bisa positif lagi. Tadi waktu saya tanya memang model salat tarawihnya tidak berjarak. Itu peringatan keras buat kita dna tidak boleh abai meski sudah divaksin atau memakai masker,” katanya saat mengunjungi Perum RSS Sidokerto Pati di sela pantauan pos penyekatan Jalur Pantura Semarang-Pati.
Baca Juga : Gubernur Jawa Tengah Kunjungi Rumah Mbah Min Pembuat Biola Unik
Meski demikian, Ganjar tetap mengapresiasi upaya warga sekitar setelah kejadian tersebut. Salah satunya terkait penutupan akses masuk ke kompleks perumahan dengan membuat barikade dan saling kontrol di antara warganya.
“Di perumahan RSS Sidokerto ini masyarakat membuat barikade sendiri. Mereka menutup sendiri, mengontrol sendiri. Menurut saya Jogo Tonggo itu ya seperti ini. Sehingga bisa berjalan dengan baik dan masyarakat bisa saling jaga agar tidak tertular,” katanya. (Red)
Berita Terkait : https://www.beritajuang.com/12483/itwasum-mabes-polri-cek-kesiapan-polres-cilegon-dalam-operasi-ketupat/
awesome