Ganjar pun tertawa dengan keterangan Yogi. Meski begitu, ia paham dengan maksud Yogi karena di beberapa tempat yang ia kunjungi, banyak kasus serupa. Dimana ada warga yang sudah meninggal, tapi tetap menerima bantuan dari pemerintah pusat.
“Ada banyak pak, sekitar 9-10 kepala keluarga yang sudah meninggal, tapi dapat bantuan. Ya kita kembalikan pak bantuannya, karena tidak tepat sasaran. Kami heran pak, padahal dulu sudah diverifikasi, kok munculnya tetap sama. Apa mungkin pakai data lama ya pak,” katanya.
Selain Yogi, sejumlah kades lain di Boyolali juga menyampaikan hal yang sama. Misalnya Kades Banyuanyar, Komarudin. Kepada Ganjar, pihaknya meminta agar ada pembenahan data bansos, karena apa yang diusulkan dari desa beda dengan data pusat.
“Untungnya kami sejak 2017 lalu ada musyawarah desa yang khusus membahas kemiskinan. Jadi masalah-masalah yang seperti ini, bisa kita atasi,” kata Komarudin.
“Di desa kami ada 38 warga yang dapat bansos dobel pak. Itu kami alihkan ke warga yang lain tidak bisa. Bagaimana pak, supaya bisa langsung kami alihkan. Soalnya masyarakat banyak yang butuh,” kata Kades Senden, Sularsih.
Ganjar langsung menjawab bahwa perbaikan data terus dilakukan. Pihaknya sudah mengirimkan surat ke Kemensos terkait hal itu.
Baca Juga : Bakti Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Terhadap Masyarakat Terdampak Covid-19
“Tapi ndak bisa langsung dialihkan ke warga lain. Harus dikembalikan dulu, karena itu ada prosesnya. Mengelola keuangan negara kan tidak sembarangan,” jawabnya.
Dari acara Rembug Desa itu, Ganjar mengatakan problem yang dialami kades-kades di Jateng relatif sama. Kalau penanganan Covid-19, Ganjar tidak khawatir karena semua desa sudah berjalan dengan baik.
[…] Baca Juga : Aksi Kades di Jateng Membuat Gubernur Tertawa Saat Ikuti Rembug Desa […]
[…] Baca Juga : Aksi Kades di Jateng Membuat Gubernur Tertawa Saat Ikuti Rembug Desa […]