TRANSRAKYAT.COM, LEBAK – Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala ) sangat menyayangkan pernyataan Ketua LSM Dinamika Rakyat Kabupaten Lebak dan Ketua LSM KPKB Lebak. Hal tersebut di ungkapkan Sekerteris PW Kumala Rangkasbitung Van Kadavi pada awak media, Rabu (12/1/2022). Menurutnya, pernyataan kedua Ketua LSM tersebut tidak mendasar dan seakan tahu persis persoalannya seperti apa.
“Menyingkapi statment dari Ketua DR dan Ketua LSM KPKB tentang persoalan sikap Kades Mekarjaya yang bernada provokatif dalam rapat di Pemda Rabu tadi, tentu ini menjadi perhatian buat saya pribadi selaku Sekretaris Kumala PW Rangkasbitung, Ketua LSM ini berbicara seakan tau persoalanya seperti apa,”tegas Van Kadavi.
Kata Kadavi, statmen Kepala Desa saat audensi tersebut sudah sangat tepat dan langkahnya pun sudah sesuai aturan serta profesional juga elegan. Kepala Desa, kata dia, hanya memperjuangkan hak masyarakat yang selama ini telah di kubur oleh oknum pengusaha galian pasir.
“Seharusnya sebagai Ketua LSM, mereka berpihak pada warga yang jelas jelas mereka dirugikan, mereka sengsara, mereka (petani-red) menangis. Tapi kenapa nada bahasanya terkesan berpihak pada pengusaha, dan malah membuat statement menyalahkan Kepala Desa di media, tentu saya kecewa,”katanya.
Lanjut Kadavi, statmen LSM tersebut tentu sangat keliru, menurutnya, mereka hanya melihat satu sisi saja, membuat pernyataan bahwa Kepala Desa Provokatif.
“Yang saya pertanyakan, apakah mereka (LSM – Red) tahu asal usulnya bagaimana,? sementara saya yang ikut andil dalam pergerakan soal galian pasir tentu tau situasi dan kondisinya seperti apa, saya katakan itu hal yang wajar,”katanya.
Karena, lanjut Kadavi, permasalahan ini sudah lama namun tidak selesai hingga saat ini. Karena sikap dari pihak yang berkaitan tidak memberikan kepastian atau acuh untuk menyinkapinya.
“Berangkat dari rasa geram dan juga rasa empati terhadap masyarakat, jaro bersikap tegas di forum musyawarah itu, berikut saya menggaris bawahi, bawasanya kami sebagai mahasiswa tidak di ajak, melainkan kami yang menawarkan diri untuk memperjuangkan hak dan kewajiban masyarakat,” papar Kadavi.
Tentu, lanjut Kadavi, ini berangkat dari tugas dirinya selaku agen of social control dan tidak ada unsur apapun.
“ini murni rasa empati kami terhadap persoalan ini, sekali lagi kepada kedua Ketua LSM tersebut baiknya melihat dari semua sisi, dan lebih bijak dalam menyinkapi persoalan. Jangan menjadi hal yang blunder, mereka mempunyai elektabilitas yang menjadi tolak ukur dari tindakan sikap atau sifat itu sendiri,”pungkas Kadavi.
Sementara itu, Kepala Desa Mekarjaya Udi dengan tegas menyatakan akan tetap fokus terhadap pergerakan untuk masyarakat yang terdampak limbah air galian pasir.
“Silahkan, mereka bebas berpendapat, mereka bebas mengambil sikap, namun sayangnya tidak sesuai fakta dan realita. Semua tentu harus memiliki dasar dan data yang jelas dalam menyikapi semua persolan. Dan masyarakat tentu tau, mana yang provokatif dan mana yang sedang berjuang. Tentu pernyataan itu sangat disayangkan,”katanya.
Pihaknya, kata Udi, tetap fokus pada solusi yang akan datang, jika masih saja tidak ada kesimpulan yang jelas dan ketegasan dari Pemkab Lebak, pihaknya tetap akan sepakat kepada masyarakat apapun itu langkahnya.
“Apapun keputusan masyarakat nanti, saya tetap akan sepakat dan mendukung. Jika memang masih saja tidak ada solusi, ya, kita akan tetap tempuh jalur hukum, bahkan masyarakat akan melakukan aksi unjuk rasa besar besaran,”katanya.
Karena, lanjut Udi, ini bukan soal memperebutkan bantuan, bukan juga memperebutkan bonus atau apapun itu. Ini, kata dia, soal hak masyarakat yang sudah dua tahun tidak di penuhi dan hanya diberikan janji palsu oleh pihak pengusaha tambang pasir yang telah melakukan penguburan sawah karena dampak air limbah galian pasir.
“Ini bukan soal bantuan dari pemerintah, tapi ini soal hak masyarakat banyak, soal kehidupan masyarakat banyak, sawah mereka terendam air limbah galian pasir, dan hingga dua tahun belum selesai. Apakah berfikir bagaimana kehidupan para petani, bagaimana anak anaknya mereka, untuk hidup sehari hari mereka, apakah tidak terpikirkan,” tegasnya.
Udi berharap, yang tadinya petani bisa bertani dan bercocok tanam di lahan sawahnya, itu dapat kembali seperti sedia kala.
” Kami harap semua kembali normal dan ada solusi yang terbaik untuk masyarakat. Karena mayoritas warga saya, hidupnya hanya mengandalkan hasil dari tani,”katanya.
(*MAN/ RED)
View Comments (0)