Jakarta – Ditolaknya pasangan calob gubernur DKI nomor urut 1 Ridwan Kamil – Suswono (RIDO) oleh masyarakat Jakarta terus membekas sampai menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah, 27 November 2024.
Diketahui, kunjungan Ridwan Kamil di beberapa daerah di Jakarta sempat ditolak oleh warga, antara lain saat ia hadir di acara haul Mbah Priok, saat berkunjung ke Jatinegara, dan penolakan oleh suporter sepak bola Jakarta, Jakmania an Persija Jakarta. Sebenarnya, penolakan terhadap pasangan RIDO (Ridwan Kamil-Suswono) terjadi hampir di semua daerah, tetapi tidak banyak media mainstream yang memberitakan. Hal ini bisa dilihat dari unggahan warganet di media sosial.
Sadar akan nasib yang akan menimpa dirinya, Ridwan Kamil segera meminta petunjuk kepada Presiden Prabowo dan mantan presiden Joko Widodo. Tak hanya itu, pasca pertemuan dengan kedua tokoh pendukung RIDO tersebut, Ridwan Kamil mengaku disemangati terus oleh Presiden Prabowo Subianto, meski tengah berada di luar negeri.
Paling anyar Ridwan Kamil mengaku disemangati oleh Presiden Prabowo saat akan menghadiri acara kampanye akbar di Cengkareng, Jakarta Barat. Mantan gubernur Jawa Barat ini mengaku berkomunikasi dengan Prabowo yang sedang dinas di luar negeri, melalui aplikasi WhatsApp. “Dengan Pak Prabowo saya kira tidak ada secara khusus, tapi dengan yang mengakses beliau sedang di luar negeri ada komunikasi WA-WA, yang intinya menyemangati,” kata Ridwan Kamil di Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (14/11/2024).
Ridwan Kamil juga terang-terangan mengaku didukung oleh Presiden ke-7 Joko Widodo. Diketahui, keduanya bertemu di Solo, Jawa Tengah, Jumat (1/11/2024). “Jokowi jelas mendukung saya sebagai calon gubernur, pengalaman beliau sebagai mantan gubernur Jakarta dan presiden dua periode,” ujarnya.
Pengamat politik Abdul Halim menegaskan dua bulan lebih sejak pasangan yang didukung 12 partai politik ini ditolak warga Jakarta, nyatanya tak mengubah keadaan, meskipun berbagai upaya merebut simpati publik dilakukan. Bahkan Presiden Prabowo dan mantan presiden Jokowi menjadi bemper, toh tak menunjukkan tanda-tanda kenaikan elektabilitas. “Ini menunjukkan bahwa rakyat Jakarta memiliki idealisme yang tinggi tentang sosok pemimpin. Saya meyakini pasangan ini akan kalah dalam Pilkada kelak,” paparnya.
Menurut pandangan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, ada dua faktor utama yang bisa menjelaskan peristiwa tersebut. Pertama, Adi menyarankan agar ditelusuri lebih lanjut apakah penolakan terhadap RK merupakan aksi yang diorganisir oleh pihak tertentu untuk kepentingan politik Pilkada atau tidak.
“Karena selama ini resistensi terhadap RK nyaris tak ada terutama sebelum penetapan calon Pilgub Jakarta,” katanya.
Kedua, jika penolakan RK murni datang dari warga, Adi menduga hal tersebut merupakan dampak kekecewaan warga Jakarta setelah Anies Baswedan tidak bisa maju sebagai calon gubernur dalam Pilgub 2024.
RK yang diusung 12 partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, dinilai berada dalam kubu politik yang menghambat langkah Anies untuk maju.
“Sepertinya ini bagian dari reaksi kekecewaan warga yang menginginkan Anies maju Pilgub Jakarta, tapi tak kesampaian. Meski secara politik RK tak punya dosa apa pun, kekecewaan warga dilampiaskan ke dirinya,” tambah Adi.
Sementara musisi Betawi kontemporer Muhammad Amrullah, yang dikenal sebagai Kojek Betawi mengatakan penolakan sejumlah warga Jakarta terhadap (RK) terjadi karena sejumlah hal. Misalnya, kata dia, RK pernah dianggap pernah menyindir Jakarta hingga menghina klub sepak bola Persija.
Penolakan terhadap RK, kata Amrullah, juga terkait program yang dia bawa seperti akan mendukung agenda reklamasi yang berpihak pada kepentingan penggede. “Kalau gue secara pribadi sebagai orang Betawi atau Jakarta dan juga suporter Persija menolak keras RK jadi gubernur Jakarta. Tidak ada RK untuk Jakarta. Dulu menghina, sekarang ngemis suara. Sorry ye,” ujarnya.
Hal yang sama dikemukakan oleh Pemerhati Politik dan Kebangsaan, Rizal Fadillah. Menurutnya RK banyak menghadapi penolakan dari warga Jakarta karena warga menginginkan mantan Gubernur DKI Anies Baswedan yang ikut dalam kompetisi. Akan tetapi rezim Jokowi menghalangi dengan merekayasa partai-partai agar tidak ada yang mengusung Anies.
“KIM mampu menarik atau membujuk PKS untuk bergabung. Pasangan pengganti Anies sodoran KIM adalah RK-Suswono. RK boneka rezim sekaligus pembunuh Anies. Warga Jakarta paham akan hal ini, karenanya mereka menolak RK,” paparnya, Ahad (17/11/2024) kepada FNN di Mekah, Arab Saudi.
Senada dengan Rizal Fadillah, Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Profesor Sutoyo Abadi menilai Ridwan Kamil banyak mendapat penolakan warga Jakarta lantaran ia merupakan calon gubernur pendatang. Tak hanya itu, Ridwan Kamil juga merupakan calon pilihan Jokowi yang kelak akan menjadi boneka oligarki.
Jika dilihat dari pola penerimaan masyarakat Jakarta terhadap Ridwan Kamil, Sutoyo Abadi meyakini bahwa pasangan ini akan keok di Jakarta. “Dilihat dari pendapat masyarakat serta gemuruhnya di dunia medsos, pasangan RIDO sulit menang,” paparnya.
Dari hasil survei-survei lembaga independen menunjukkan pasangan RIDO, elektabilitasnya terus merosot, pasca keselo lidah yang keluar dari mulut calon wakil gubernur Suswono.
Hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyimpulkan, Pramono-Rano unggul signifikan dari RK-Suswono pada saat survei dilaksanakan pada 31 Oktober-9 November 2024, hanya 18 hari jelang pemungutan suara pada 27 November 2024 mendatang.
Hasilnya, elektabilitas paslon nomor 3, Pramono Anung-Rano Karno mencapai 46 persen. Angka tersebut mengungguli pesaing terkuatnya, paslon nomor 1, Ridwan Kamil-Suswono, yang elektabilitasnya 39,1 persen.
Sementara, paslon nomor 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto, elektabilitasnya 5,1 persen, dan responden yang tidak tahu atau tidak jawab sebanyak 9,8 persen. (ayun).
Komentar telah ditutup.