TRANSRAKYAT.COM, PANDEGLANG – Pemilik tanah yang memblokir jalan desa di Pandeglang, Banten, dengan membuat fondasi untuk pembangunan rumah baru, akhirnya buka suara. Ia membantah tudingan mengenai aksinya itu ada kaitannya dengan urusan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Dia menegaskan akan berusaha menuntut haknya sebagai pemilik sah dari lahan di atas jalan tersebut.
Saat ditemui di rumahnya di Kampung Sabrang Barat, Desa Cigeulis, Pandeglang, Banten, orang yang mengklaim tanah itu bernama Ujang Sahrudin (57). Sembari menunjukkan surat girik, Ujang memastikan tanah yang difondasi itu merupakan miliknya secara sah selama puluhan tahun.
“Teu aya, pak, teu aya. Teu aya sama sakali hubungana jeng pilkades, abah mah ngan nuntut hak abdi doang hayangna geh (Enggak ada, pak, enggak ada. Enggak ada sama sekali hubungannya dengan pilkades, saya cuma nuntut hak saya),” kata Ujang mengawali perbincangannya, Senin (6/12/2021).
Ujang bercerita, semua itu bermula saat ia mendapat warisan berupa sebidang tanah dari almarhum bapaknya pada tahun 60-an. Ia memang sudah lupa berapa ukuran tanah warisan tersebut, namun menurut perkiraannya tanah peninggalan bapaknya itu memiliki panjang sekira 113 meter dengan lebar 30 meteran.
Saat pertama kali mendapat warisan, Ujang berniat membangun rumah di sana. Namun, kondisi kampung yang sepi, ditambah belum adanya penduduk, membuat Ujang mengurungkan niatnya dan memilih pindah ke kampung lain yang sudah mulai ramai.
“Itu tadinya enggak ada kampung, pak, jalan juga enggak ada. Orang saya tadinya mau bikin rumah di sana juga enggak berani, jempling (sepi). Makanya saya pindah ke sini (Kampung Sabrang Barat, Cigeulis), sekalian ikut saudara,” tuturnya.
Tahun 90-an, Ujang akhirnya memilih menetap di Kampung Sabrang Barat dan meminang istrinya yang bernama Aryati (57). Sementara tanah warisannya, ia putuskan untuk ditanami beberapa tumbuhan palawija dan dan pepohonan untuk bekal hidupnya di kemudian hari.
Asal-usul Polemik Warga Blokir Jalan di Pandeglang Diduga Gegara Pilkades
Namun baru juga beberapa tahun bercocok tanam di tanah warisan itu, Ujang kaget lantaran tanamannya malah terkena imbas gusuran alat berat.
Belakangan ia baru mengetahui jika alat-alat itu diturunkan untuk proyek pembangunan jalan hingga ke ujung kampung.
“Tadinya mah saya enggak tahu apa-apa kalau di sana mau bikin jalan, pas saya cek itu tanah saya kok pohon kelapanya pada ditebang. Saya liat ada backhoe sama buldoser di sana,” ucap Ujang.
(*M. Bangkit/ Red)