Laporkan Buruh ke Polda Hingga Jadi Tersangka, HMI MPO Jabagbar Soroti WH

TRANSRAKYAT.COM, BANTEN – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI MPO) Badan Kordinasi Jawa Bagian Barat (Jabagbar) angkat bicara dan menyoroti langkah Gubernur Banten Wahidin Halim melaporkan sejumlah buruh ke Polda Banten hingga menjadi tersangka.

Pelaporan itu, buntut aksi demontrasi buruh yang mengkritisi soal upah dan berhasil masuk keruangan Gubernur Banten beberapa waktu lalu.

” Sebagai pemimpin di Banten, mestinya pak WH bijak dalam mengambil langkah, ini bukti beliau anti kritik,” tegas Ketua HMI Badan Koordinasi Jawa Bagian Barat (Badko Jabagbar) Aceng Hakiki pada Transrakyat.com, Selasa (28/12/2021).

Menurut Aceng, pelaporan buruh ke Polda tentu sangat keliru dan dzolim. Karena mereka (Para buruh-red) hanya menyampaikan aspirasi terkait upah.

“Itu kan bagian dari demokrasi, adapun soal masuk keruangan pak Gubernur dan duduk di kursi, kan tinggal di panggil buruhnya dan diberikan pemahaman. Mereka itu rakyatnya, bagaimana nasib keluarganya jika mereka di penjara, seharusnya itu di pikirkan oleh seorang pemimpin,”tegasnya.

“Gak usah lebay, pak Wahidin ini sebagai Gubernur harusnya bersikap Bijak, tempo dulu bagaimana tidak beretika pada tahun 98 nampak jelas gedung di duduki. Seharusnya kejadian itu menjadi penyadaran untuk para pemangku kebijakan agar lebih ikhlas jika di berikan masukan,” pungkas Ketua HMI MPO Badko Jabagbar Aceng Hakiki.

Pihaknya meminta agar para buruh yang menjadi tersangka di Polda Banten segera di bebaskan tanpa syarat. Ia juga berharap Gubernur lebih bijak dalam mengambil keputusan terhadap rakyatnya sendiri.

“Saya minta para buruh yang ditahan itu segera di bebaskan. Kasihan keluarga mereka. Apalagi jika buruh yang ditahan itu sudah memiliki anak, bagaimana nasib anaknya dan pendidikannya. Semoga persoalan ini segera selesai dan ada solusi yang terbaik untuk kedua belah pihak,” ujarnya.

“Jika perkara ini berlanjut sampai pada pengadilan, berarti pak WH tidak mampu mengurus Provinsi Banten, karena sikapnya menunjukan sebagai korban, padahal yang berdemonstrasi adalah korban dari ketidak adilan sehingga mereka sampai melakukan aksi” tutup Aceng.

(*MAN/ JI/RED)